Kamis, 15 Desember 2011

Ciri-Ciri Kesulitan Belajar (tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan)

Secara umum, ciri-ciri anak mengalami kesulitan belajar ialah sebagai berikut:
*pada usia pra-sekolah

1. Terlambat bicara dibanding dengan anak seusianya
2. Memiliki kesulitan dalam pengucapan beberapa kata
3. Dibanding anak seusianya, penguasaan jumlah katanya lebih sedikit (terbatas)
4. Sering tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk satu kalimat yang akan dikemukakan
5. Sulit mempelajari dan mengenali angka, huruf dan nama-nama hari
6. Sulit merangkai kata untuk menjadi sebuah kalimat
7. Sering gelisah yang berlebihan
8. Mudah terganggu konsentrasinya
9. Sulit berinteraksi dengan teman seusianya
10. Sulit mengikuti instruksi yang diberikan untuknya
11. Sulit mengikuti rutinitas tertentu
12. Menghindari tugas-tugas tertentu, misalnya menggunting dan menggambar


*pada usia sekolah

1. Daya ingatnya terbatas (relatif kurang baik)
2. Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca, Misalnya atau biasanya, huruf d
dibaca b (misalnya duku dibaca buku atau sebaliknya buku dibaca duku), w dibaca m (misalnya waru dibaca
baru atau sebaliknya baru dibaca waru), p dibaca q , w dibaca m dan lain sebagainya. Bila ini yang terjadi
mereka termasuk dalam kelompok berkesulitan belajar disleksia.
3. Lambat untuk mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucapannya.
4. Bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran matematika. Misalnya, tak dapat
membedakan arti dari simbol – (minus) dengan simbol + (plus), simbol + dengan simbol x (kali) dan lain
sebagainya.
5. Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingatnya.
6. Sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu dengan tuntas. Kalau ini yang
terjadi mereka termasuk dalam kelompok berkesulitan belajar hiperaktif atau GPPH (gangguan pemusatan
pemikiran dan hiperaktifitas)
7. Impulsif (bertindak tanpa dipikir terlebih dahulu)
8. Sulit berkonsentrasi
9. Sering melanggar aturan yang ada, baik di rumah maupun di sekolah
10. Tidak mampu berdisiplin (sulit merencanakan kegiatan sehari-harinya)
11. Emosional (sering menyendiri), pemurung, mudah tersinggung, cuek terhadap lingkungannya
12. Menolak bersekolah
13. Tidak stabil dalam memegang alat-alat tulis
14. Kacau dalam memahami hari dan waktu

*pada usia remaja/dewasa
1. Sulit/salah mengeja huruf berlanjut hingga dewasa
2. Masih saja sering menghindar dari tugas-tugas membaca dan menulis
3. Mungkin saja lancer dalam membaca tapi tidak mengerti atau tidak bisa menjelaskan apa yang telah
dibacanya
4. Sulit menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan lisan dan/atau tulisan
5. Daya ingatnya terbatas
6. Sulit menangkap konsep-konsep yang abstrak
7. lamban dalam bekerja
8. Sering tidak telitu (ceroboh) pada hal-hal yang seharusnya rinci atau malah sebaliknya justru terlalu focus
kepada hal-hal yang rinci bisa salah (distorsi) dalam membaca informasi

dan secara lebih spesifik, ciri-ciri kesulitan anak dalam belajar yaitu:
1. Gangguan persepsi visual:
  • melihat huruf/angka dengan posisi yang berbeda dari yang tertulis, sehingga seringkali terbalik dalam menuliskan kembali
  • sering tertinggal huruf dalam menulis
  • menuliskan kata dengan urutan yang salah misalnya ibu jadi ubi
  • sulit memahami kanan dan kiri
  • bingung membedakan antara obyek dengan latar belakang
  • sulit mengkoordinasi antara mata (penglihatan) dengan tindakan (tangan, kaki, dan lain-lain)
2. Gangguan persepsi auditori
  • sulit membedakan bunyi: menangkap secara berbeda apa yang didengarnya
  • sulit memahami perintah teruteama perintah yang diberikan dalam jumlah banyak dan kalimat yang panjang
  • bingung dan kacau dengan bunyi yang datang dari berbagai penjuru sehingga sulit mengikuti diskusi karena saat mencoba mendengar sebuah informasi sudah mendapatkan gangguan dari suara lain di sekitarnya
3. Gangguan bahasa
  • sulit menangkap dan memahami kalimat yang dikatakan kepadanya
  • sulit mengkoordinasikan/mengatakan apa yang sedang dipikirkan
4. Gangguan persepsi -motorik
  • kesulitan motorik halus (sulit mewarnai, menggunting, melipat, menempel, menulis rapi, memotong, dll )
  • memiliki masalah dalam koordinasi dan disorientasi yang mengakibatkan canggung dan kaku dalam eraknya
5. Hiperaktivitas
  • sukar mengontrol aktivitas motorik dan selalu bergerak/menggerakkan sesuatu (tidak bisa diam)
  • berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas berikutnya tanpa menyelesaikan terlebih dahulu
  • impulsif
6. Kacau (distractibility)
  • tidak dapat membedakan stimulus yang penting dan tidak penting
  • tidak teratur, karena tidak memiliki urutan-urutan dalam proses berpikir
  • perhatiannya sering berbeda dengan apa yang sedang dikerjakan (melamun/berhayal saat belajar di kelas) 
(dari berbagai sumber)

Rabu, 30 November 2011

cinta dan waktu

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak: ada Cinta, Kekayaan, Kegembiraan, Kecantikan, Kesedihan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datanglah badai menghepas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu.



Semua penghuni di pulau itu cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu.

 

Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta.

 

Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu.

 

"Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!" teriak Cinta.

 

"Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan, "perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahu ini." Lalu kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi.

 

Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya.

 

"Kegembiraan! Tolong aku!", teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.

 

Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin panik.

 

Tak lama lewatlah Kecantikan.

 

"Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!", teriak Cinta. "Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut, nanti kamu akan mengotori perahuku yang indah ini." sahut Kecantikan. Cinta sedih sekali mendengarnya.

 

Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah Kesedihan.

 

"Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu", kata Cinta.

 

"Maaf, Cint. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja", kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.

 

Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya.

 

Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!".

 

Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahuny. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi.

 

Pada saat itulah baru Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakan kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang itu.

 

"Oh, orang tua tadi? Dia adalah WAktu", kata orang itu.

 

"Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku", tanya Cinta heran.

 

"Sebab, " kata orang itu, "hanya Waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu..."

 

"Cinta mungkin akan meninggalkan hatimu bagaikan kepingan-kepingan kaca, tapi yakinkan dalam pikiranmu, bahwa ada seseorang yang akan bersedia untuk menambal lukamu dengan mengumpulkan kembali pecahan-pecahan kaca itu... sehingga kamu akan menjadi utuh kembali..."

Rabu, 23 November 2011

saya dan kehidupan saya :)

Awalnya, saya tidak pernah berpikir akan duduk sebagai mahasiswi di tempat ini. Saya bahkan sempat menolak mengenal universitas apa ini. Saya sangat ingin menjadi salah satu mahasiswi di PTN ternama di kota tempat saya dibesarkan. Sangat banyak usaha yang telah saya lakukan demi menjadi mahasiswi di PTN. Tapi nampaknya Tuhan tidak menghendaki saya berada dan menuntut ilmu di PTN manapun di kota ini. Dengan sangat terpaksa, saya mengambil keputusan untuk tidak kuliah di tahun ini. Tapi, Tuhan sepertinya punya jalan lain bagi saya. Salah seorang teman baik saya, yang juga senasib dengan saya, mengajak saya untuk menemaninya mendaftar di PTS tempat saya menuntut ilmu ini. Saya dengan setengah hati menemaninya. Saya bahkan tidak mengambil formulir. Keesokan harinya, teman saya mengikuti tes dan langsung dinyatakan lulus. Beberapa hari kemudian, ibu saya sepertinya ingin agar saya berkuliah di tahun ini di mana pun tempatnya. Akhirnya, saya pun pergi mengadu nasib di PTS ini. Dan sepertinya Tuhan memang punya rencana saya berada di sini. Sebenarnya, pendaftaran telah ditutp, tapi karena permintaan banyak calon mahasiswa, pendaftaran dibuka kembali. Saya pun dengan sangat terpaksa mengambil formulir dan ikut tes. Pada saat ikut tes, saya hanya berdoa agar Tuhan memberikan saya yang terbaik. Kalau memang Tuhan mau saya menjadi berkat dan terang di tempat ini, itulah yang akan terjadi.

Mungkin, dalam pemikiran teman-teman, pergumulan saya hanya sampai di situ. Salah. Saya jenis orang yang tidak bisa dan tidak terbiasa mendengar salah satu agama, agama apapun itu,dijelek-jelekkan. Pada saat saya mengikuti tes, saya masih dalam keadaan tidak sehat. Tambah tidak sehat lagi ketika saya mendengar pengawas di ruangan tes saya menjelek-jelekkan agama Kristen. Selesai mengikuti tes, saya pun segera meninggalkan ruangan tes saya dan menuju lobi untuk menunggu jemputan saya. Ternyata, mood saya semakin tidak baik ketika menunggu di lobi. Orang yang ada di samping saya menjelek-jelekkan salah satu suku Indonesia. Saya merasa tambah sakit hati.

Segera setelah saya memperbaiki perasaan saya, saya menghubungi beberapa sahabat terbaik saya, yang selalu mendengar keluh kesah saya. Mereka menyarankan saya untuk bersabar saja dan berdoa kepada Tuhan. Yaa, itu yang saya lupakan, saya lupa berdoa dan berserah penuh kepada Tuhan. Tak kuasa, air mata saya menetes. Sesegera mungkin saya menyeka airmata saya. Sakit hati? Jelas saya sakit hati. Saya bahkan berharap Tuhan menghukum saya saja. Tapi, sepertinya Tuhan ingin saya tetap menjadi berkat di tempat ini. Saya dinyatakan lulus.

Awal kuliah.
Tidak ada seorang pun yang saya kenal. Saya datang dengan sangat terpaksa. Saat itu, saya segera menuju ke fakultas. Orang pertama yang saya temui ialah seorang teman yang sekarang cukup dekat dengan saya walaupun sampai sekarang saya masih belum mampu memahami dia. Saya menjalani kehidupan maba tanpa keikhlasan. Saya mengikuti pengukuhan maba dan bina akrab tanpa niat. Namun rupanya, teman-teman baru saya mulai bisa memahami saya. Kami saling mencoba untuk menjadi teman yang baik. Ada yang moody-an, ada yang sangat sabar, ada yang loyal dan royal, ada yang suka marah-marah, ada yang sering menjengkelkan, ada yang membingungkan, ada yang sangat suka melakukan hal-hal yang gila. Namun semua itulah yang membuat saya mau dan mampu bertaha di tempat ini.

Apakah cerita saya sudah selesai sampai di sini?
Tidak! Saya kembali bergumul dengan kehidupan rohani saya. Dulu semasa SMA, sangat banyak teman yang selalu menopang saya dalam kerohanian, yang selalu mengingatkan saya untuk tetap menjaga hubungan saya dengan Tuhan agar tetap intim, mengajarkan saya memiliki hubungan yang baik dengan sesama saya. Namun sekarang, saya belum menemukannya. Beberapa di antara teman-teman baru saya memang punya HPDT dan HPDS yang cukup baik, namun tetap belum mampu membantu dan menopang saya yang lemah dan mudah terpengaruh ini. Saya merasa sangat sedih. Apa iya ini jalan yang Tuhan inginkan? Apa ini cara Tuhan mendewasakan iman saya? Apa ini cara Tuhan membuat saya menjadi berkat bagi orang lain? Saya terus bertanya-tanya kepada Tuhan. Sejak SMA, saya sangat ingin mengikuti Pendalaman Alkitab atau PA. Dan saya mengharapkan dapat menemukannya di masa kuliah ini. Namun ternyata tidak! Sedih rasanya. Saya merasa semakin jauh dari Tuhan.

Namun, mujizat Tuhan kembali bekerja. Suatu siang, tepatnya di hari ulangtahun ibu saya, saya menerima pesan dari seorang senior bahwa akan diadakan PA. Saat itu, rasanya Tuhan membukakan jalan bagi saya untuk lebih dekat lagi kepada-Nya. Saat tiba waktu PA, saya mengajak salah seorang teman untuk menemani saya. Dan entah ini memang yang Tuhan inginkan dari saya sebagai wujud awal keberadaan saya sebagai berkat dan terang di tempat saya ini, pada PA pertama ini saya mendapat kesempatan untuk memberikan kesaksian tentang kuasa doa. Saya pun memberikan kesaksian saya tentang kuasa doa kepada Tuhan saat saya bergumul dengan perkuliahan saya. Setelah bersaksi, banyak orang yang beryepuk tangan. Rasanya tepuk tangan itu ditujukan untuk kemuliaan dan kuasa Tuhan. Saya merasa bahwa Tuhan mulai membukakan saya jalan untuk iman saya bertumbuh.

Saat ini, saya sedang menjalani kehidupan saya sebagai mahasiswa psikologi di Universitas Indonesia Timur.
Saya tidak merasa tertekan lagi.
Saya sudah tidak merasa sedih lagi.
Saya sudah kembali seperti dulu lagi.
Saya berharapa, saya tetap bisa menjadi berkat dan terang bagi orang-orang di sekeliling saya.
Dan saya berharap saya tetap bisa berpikir positif tentang kehidupan yang saya jalani ini dan saya bisa memahami semua sahabat-sahabat saya. :)

Selasa, 27 September 2011

Tokoh Aliran Fungsionalisme, Behaviorisme, dan Psikoanalisme


A.      Aliran Fungsionalisme
-          William James (1842 – 1910)
Teori James yang paling populer  yaitu teori tentang emosi. Menurut James, gejala kejasmanian merupakan sebab timbulnya emosi. Teori James ini kemudian berpadu dengan teori seorang ahli fisiologi asal Denmark, Carl Lange, sehingga teori tersebut dikenal sebagai teori James-Lange dalam emosi.
-          Rene Descartes (1596 – 1650)
Menurut Descartes, psikis dapat mempengaruhi badan, dan sebaliknya juga badan dapat mempengaruhi psikis, yang berarti memiliki hubungan dua arah. Menurut Descartes, badan itu seperti halnya mesin, tak ada beda kerjanya badan dengan mesin.
-          Carl Jung (1875 – 1961)
Jung berteori tentang imajinasi atau mimpi, di mana bagi Jung mimpi merupakan bukti adanya dimensi innate religious, atau kesadaran beragama yang bersifat bawaan, sebab mimpi-mimpi yang digambarkan oleh menusia purba hingga modern sekarang ini tetap menggambarkan paradigma psikologis tentang hubungan manusia dengan alam spiritual. Melalui analisa mimpi dari berbagai praktek psikologinya, ia menyimpulkan bahwa adanya kekuatan-kekuatan terpendam yang bersifat religius yang memanifestasi berupa bentuk-bentuk memuliakan, mensakralkan sesuatu di dalam kehidupan manusia.

B.      Aliran Behaviorisme
-          Ivan Petrovich Pavlov (1849 – 1936)
Menurut Pavlov, aktivitas organisme dapat dibedakan atas:
1.       Aktivitas yang besifat refleksif
2.       Aktivitas yang disadari
Berkaitan dengan hal tersebut, Pavlov sangat memusatkan perhatian pada penelitian tentang masalah refleks.
Eksperimen Pavlov menggunakan anjing yang dioperasi sedemikian rupa sehingga air liur anjing yang keluar dapat dilihat dan ditampung dalam tempat yang telah disediakan. Menurut Pavlov, apabila anjing lapar dan melihat makanan, kemudian mengeluarkan air liur, ini merupakan respon yang alami, respon yang refleksif, yang disebut denga respon yang tidak berkondisi. Sama halnya dengan ketika anjing mendengar bunyi bel dan telinganya bergerak, berarti anjing memberi respon yang alami. Yang menjadi persoalan pemikiran Pavlov yaitu apabila anjing mendengar bunyi bel lalu mengeluarkan air liur. Ternyata perilaku tersebut dapat dibentuk dengan memberi stimulasi yang berkondisi.
-          Burrhus Frederick Skinner (1904 – 1990)
Teori Skinner berkaitan tentang perilaku. Skinner membedakan perilaku atas:
1.       Perilaku yang alami, yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulasi yang jelas, perilaku yang bersifat reflefsif.
2.       Perilaku operan, yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulasi yang tidak diketahui, tetapi semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri. Perilaku operan belum tetntu didahului oleh stimulasi dari luar.


-          Jhon B. Watson ( 1878 – 1958)
Menurut pandangan Watson, psikologi itu murni merupakan cabang dari ilmu alam eksperimental. Tujuannya adalah untuk memprediksi dan mengontrol perilaku. Introspeksi bukanlah metode yang digunakan. Yang dipelajari adalah perilaku yang diamati, bukan kesadaran.

C.      Aliran Psikoanalisis
-          Sigmund Freud ( 1856 – 1939)
Freud berteori mengenai id, ego, dan superego. Id berkaitan dengan ketidaksadaran, merupakan bagian primitif dari kepribadian. Kekuatan yang berkaitan dengan id mencakup insting seksual dan insting agresif. Id merupakan prinsip kenikmatan. Ego, sadar akan realitas dan menyesuaikan deri dengan realita. Ego disebut sebagai prinsip realitas. Freud mengibaratkan hubungan ego-id sebagai penunggang kuda, di mana penunggang akan memperhatikan realita sedangkan kudanya mau ke mana-mana. Teori selanjutnya yaitu superego berkembang pada permulaan masa anak sewaktu peraturan-peraturan diberikan orangtuanya, dengan mengunakan hadiah atau hukuman. perlakuan anak semula dikontrol oleh orangtua , tetapi apabila superego sudah terbentuk, maka kontrol ada pada dirinya sendiri. Superego merupakan prinsip moral.
Adapula teori Freud mengenai insting (insting untuk hidup dan insting untuk mati) dan kecemasan (objektif, neurotik, dan moral). Insting untuk hidup misalnya lapar dan haus. Insting untuk mati berupa kekuatan destruktif yang dapat ditujukan pada diri sendiri berupa menyakiti diri sendiri atau berusaha bunuh diri, atau ditujukan ke luar sebagai bentuk agresi. Kecemasan objektif merupakan kecemasan yang timbul dari ketakutan terhadap bahaya yang nyata. Kecemasan neurotik merupakan kecemasan akan mendapatkan hukuman untuk ekspresi keinginan yang impilsif. Kecemasan moral merupakan kecemasan yang berkaitan dengan moral sebagai akibat melanggar norma-norma.

Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu lainnya


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini, hampir setiap individu sudah mengenal dan mengetahui tentang psikologi. Seperti yang penulis ketahui, psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang aktivitas dan pola tingkah laku, dalam hal ini manusia, secara lebih mendalam.

Dan seperti yangg penulis ketahui, psikologi merupakan ilmu yang telah mandiri, di mana ilmu psikologi tidak tergabung dengan ilmu-ilmu lainnya. Namun demikian tidak boleh dipandang bahwa psikologi itu sama sekali terlepas dari ilmu-ilmu yang lain. Dalam hal ini psikologi masih mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut.

Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari dan mendalami mengenai jiwa seseorang tentu mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain yang sama-sama mempelajari tentang keadaan manusia. Hal ini akan menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk hidup tidak hanya dipelajari oleh ilmu psikologi saja, melainkan oleh ilmu-ilmu lainnya yang saling berkaitan.

Adapun ilmu psikologi yang berobjekkan manusia dapat dibedakan menjadi dua sifat yanitu psikologi yang bersifat umum dan psikologi yang bersifat khusus.



Karena dilatarbelakangi oleh hal tersebut, penulis pun bermaksud untuk mengangkat tema “Hubungan Psikologi dan Ilmu-Ilmu Lainnya” sebagai penyaluran informasi dan pengetahuan mengenai hubungan ilmu psikologi dan ilmu lainnya.


1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalah yang diurakan pada latar belakang di atas, sebagai rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1    Bagaimana hubungan ilmu psikologi dengan ilmu-ilmu lainnya?
1.2.2    Apa saja ruang lingkup ilmu psikologi?


1.3  Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai ialah sebagai berikut :
1.3.1   Untuk mengetahui bagaimana hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu lainnya yang juga mempelajari tentang keadaan manusia.
1.3.2    Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup ilmu psikologi.

1.4  Manfaat
Manfaat yang akan didapat ialah sebagai berikut :
1.4.1   Agar pembaca mengetahui bagaimana hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu lainnya yang juga mempelajari tentang keadaan manusia.
1.4.2    Agar pembaca mengetahui apa saja ruang lingkup ilmu psikologi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu Lainnya
2.1.1 Hubungan Psikologi dengan Biologi
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua benda yang hidup menjadi objek dari biologi. Oleh karena biologi berobjek dari benda-benda yang hidup, maka cukup banyak ilmu yang tergabung di dalamnya. Oleh karena itu, baik biologi maupun psikologi sama-sama membicarakan tentang manusia. Sekalipun kedua ilmu ini meninjau manusia dari sudut yang berbade, namun dari segi tertentu kedua ilmu ini menemukan titik pertemuan.
Dalam ilmu biologi, ada sub pembelajaran yang disebut antropobiologi. Pada antropobiologi ini tidak mempelajari tentang proses-proses kejiwaan, dan inilah yang dipelajari oleh psikologi.
Seperti yang telah penulis bahas di atas, di samping adanya hal yang berbeda, tampak pula hal yang sama-sama membahas tentang kedua ilmu ini, misalnya saja keturunan. Mengenai keturunan, baik psikologi ataupun antropobiologi sama-sama membahas mengenai keturunan.
Soal keturunan yang ditinjau dari segi biologi adalah hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi lain. Masalah keturunan juga dipelajari di psikologi antara lain misalnya sifat, intelegensi, dan bakan. Oleh karena itu, kurang sempurnalah kita mempelajari psikologi tanpa mempelajari biologi khususnya antropobiologi, karena ilmu itulah yang membantu di dalam orang mempelajari psikologi.
2.1.2 Hubungan Psikologi dengan Sosiologi
Manusia sebagai makhlukk sosial juga menjadi objek dari ilmu sosiologi. Sosilologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan manusia lain dalam hidup bermasyarakat. Karena itu, baik psikologi maupun sosiologi membicarakan mengenai manusia, tidaklah heran apabila pada suatu waktu ditemukan titik pertemuan antara kedua ilmu ini, misalnya mengenai perilaku. Tinjauan sosiologi yang penting ialah hidup bermasyarakat, sedangkan tinjauan psikologi ialah perilaku sebagai manifestasi jiwa yang didorong oleh suatu motif tertentu hingga manusia berperilaku atau berbuat demikian. Seperti yang dikemukakan oleh Bouman:
“Sosiologi mempelajari hubungan-hubungan antara sesama manusia. Dalam hal ini yang terutama menarik perhatian kita ialah bentuk-bentuk pergaulan hidup, di mana perhubungan-perhubungan ini menunjukkan sifat yang kurang ata lebih kekal: pertama-tama golongan-golongan dan penggolongan-penggolongan (bangsa, keluarga, perhimpunan,tingkatan, kelas, dan sebagainya). ......................................................................................
Bagi ahli sosiologi tinggalah satu persoalan yang tidak dapat dimasukkan dalam ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, yakni menyelami hakekat kerjasama dan kehidupan bersama dalam segala macam bentuk yang timbul dari perhubungan antara manusia dengan manusia. Jadi yang dipersoalkan di sini ialah kehidupan bergolong-golongan yang sebenarnya” (Bouman, 1953:9).
Karena adanya titik-titik persamaan ini maka timbullah cabang ilmu pengetahuan dalam psikologi yaitu psikologi sosial yang khusus meneliti dan mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan situasi-situasi sosial. Menurut Gerungan, pertemuan antara psikologi dan sosiologi itulah yang merupakan daerah dari psikologi sosial.

Makin lama orang akan makin menyadari bahwa perilaku manusia tidak dapat terlepas dari keadaan sekitarnya. Karena itu, tidaklah sempurna meninjau manusia itu berdiri sendiri terlepas dari masyarakat yang melatarbelakanginya.

2.1.3 Hubungan Psikologi dengan Filsafat
Manusia sebagai makhluk hidup juga merupakan objek dari filsafat yang antara lain membicarakan soal hakekat kodrat manusia, tujuan hidup manusia, dan sebagainya. Sekalipun psikologi pada akhirnya memisahkan diri dari filsafat, karena metode yang dipempuh sebagai salah satu penyebabnya, tetapi psikologi masih tetap mempunyai hunbungan dengan filsafat.
Bahkan sebetulnya dapat dikatakan bahwa ilmu-ilmu yang telah memisahkan diri dari filsafat itupun tetap masih ada hubungan dengan filsafat terutama mengenai hal-hal yang menyangkut sifat hakekat serta tujuan dari ilmu pengetahuan itu.









2.2 Ruang Lingkup Psikologi
Psikologi dilihat dari segi objeknya psikologi dapat dibedakan dalam dua golongan yang besar, yaitu:
1.      Psikologi yang meneliti dan mempelajari manusia.
2.      Psikologi yang meneliti dan mempelajari hewan, yang umumnya lebih tegas disebut sebagai psikologi hewan.
Dalam makalah ini, yang penulis bahas ialah mengenai psikologi manusia yang sampai pada saat ini masih dibedakan berdasarkan sifatnya yaitu psikologi umum dan psikologi khusus.
Psikologi umum adalah psikologi yang meneliti dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas psikis manusia yang tercermin dari perilaku umumnya, yang dewasa, yang normal, dan yang berkultur (dalam arti tidak terisolasi). Psikologi umum memandang manusia seakan-akan terlepas dalam hubungan dengan manusia yang lain.
Psikologi khusus adalah psikologi yang meneleti dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivita-aktivitas psikis manusia. Hal-hal khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum dibicarakan dalam psikologi khusus. Psikologi khusus ini ada bermacam macam, antara lain:
1.      Psikologi Perkembangan, yaitu psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua, yang mencakup:
a.       Psikologi anak
b.      Psikologi remaja
c.       Psikologi orang dewasa
d.      Psikologi orang tua
2.      Psikologi Sosial, yaitu psikologi yang khusus membicarakan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubunganya dengan situasi sosial.
3.      Psikologi Pendidikan, yaitu psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan misalnya bagaimana menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah dipahami.
4.      Psikologi Kepribadian, yaitu psikologi yang khusus menguraikan tentang kepribadian manusia beserta tipe-tipe kepribadian manusia.
5.      Psikopatologi, yaitu psikologi yang khusus menguraikan keadaan psikis yang tidak normal (abnormal).
6.      Psikologi Kriminal, yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal kejahatan atau kriminalitas/
7.      Psikologi Perusahaan, yaitu psikologi yang berhubungan dengan persoalan perusahaan.
Psikologi khusus masih berkembang terus sesuai dengan bidangnya. Pada umumnya psikologi khusus merupakan psikologi praktis yang diaplikasikan sesuai dengan bidangnya.
Psikologi yang dipelajari secara paraktis dapat dipraktikkan dalam bermacam-macam bidang, misalnya bidang industri atau perusahaan (psikologi perusahaan), dalam bidang pendidikan (psikologi pendidikan), dan dalam bidang-bidang lainnya sesuai dengan tipenya.







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari isi makalah ini, yaitu:
3.1.1 Psikologi merupakan ilmu yang tidak terlepas dari ilmu-ilmu lainnya, di mana psikologi masih memiliki hubungan dengan beberapa ilmu lainnya seperti ilmu biologi, ilmu sosiologi dan ilmu filsafat.
3.1.2 Ruang lingkup psikologi dalam kehidupan manusia itu cukup luas.
3.1.3 Berdasarkan sifatnya, psikologi terbagi atas dua yaitu bersifat umum dan bersifat khusus.
3.1.4 Macam-macam psikologi khusus yaitu: psikologi perkembangan, psikologi sosial, psikologi pendidikan, psikologi kepribadian, psikopatologi, psikologi kriminal, psikologi perusahaan dan sebagainya.








3.2 Saran
Saran penulis sesuai dengan judul makalah ini yaitu:
3.2.1 Penulis sarankan kepada teman-teman untuk lebih memahami mengenai hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu lainnya agar tidak terjadi kerancauan.
3.2.2 Penulis sarankan kepada teman-teman untuk lebih memahami mengenai ruang lingkup psikologi agar lebih mudah dalam menentukan lapangan pekerjaan nantinya.














DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Prof. Dr. Bimo. 2005. Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogyakarta.